Pengkajian BPTP Yogyakarta - Sumberdaya Pertanian |
Oleh Administrator |
Senin, 25 November 2013 10:10 |
Tujuan pengkajian untuk meningkatkan kadar adopsi teknologi inovatif dalam pelaksanaan penerapan teknologi agribisnis kedelai oleh petani Sleman dan Gunungkidul. Menyusun komponen rakitan teknologi berdasarkan hasil kajian dan umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik lokasi. Pengkajian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang mengkombinasikan varietas kedelai ditempatkan dalam petak utama (V) dan Penjenuhan/pengairan (p) anak petak, luas plot kurang lebih lebar 150 m2 Petak utama Varietas V1 = Varietas Anjasmoro V2 = Varietas Tanggamus V3 = Varietas Ijen. Anak petak Penjenuhan (pengairan), p1=2 kali, p2 = 3 kali, p3 = 4 kali, p4 = 5 kali. Ada dua keadaan lahan yang berbeda yaitu di lokasi Bendungan, Sumberharjo, Prambanan, Sleman topogrofinya datar penanamannya di tugal disepanjang jalan, sebaliknya Sendowo Lor, Kedungkeris, Nglipar, Gunung Kidul topografinya bergelombang penanaman di bibir teras sebelum di tanam kedelai di bidang olah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa hasil analisis uji tanah PUTK di dua lokasi berbeda yaitu pH dan kandungan C-organik sebagai faktor pembatas, akan tetapi status hara P dan K cukup baik, sehingga diperlukan pengelolaan rekomendasi pemupukan dosis sedang. Introduksi tanaman lorong yang dapat direkomendasikan Gliricidia (Gliricidia sepium) atau gamal terbukti daya tumbuh, diikuti produksi hijauan hasil pangkasan terbaik. Introduksi varietas kedelai antisipasi perubahan iklim dalam system budidaya kedelai jenuh air (BJA) varietas Tanggamus, sedangkan varietas kedelai tahan kekeringan cenderung pada varietas Anjasmoro dan Ijen. Produktivitas sistem penjenuhan air di lokasi Bendungan, Sumberharjo, Prambanan, Sleman tidak ada beda nyata, akan tetapi di lokasi Sendowo Lor, Kedungkeris, Nglipar, Gunungkidul berbeda nyata. Namun secara umum penjenuhan 5 kali produksinya lebih tinggi dibandingkan 2,3 dan 4 kali atau terjadi peningkatan 56 – 62 % dibandingkan petani. Kansep PHT terhadap monitoring OPT pada stadia pertumbuhan dan polong terutama oleh ulat grayak, kumbang, ulat, Empoasca sp, karat daun dan becak daun intensitas rendah atau di bawah ambang. Analisi kelayakan usahatani BJA dengan pendekatan return of investment (ROI) dan (benefit cost ratio, B/C rasio) menunjukkan bahwa tertinggi penjenuhan 5 kali (P5) dan varietas kedelai Tanggamus. Nilai Return of Investment (ROI) sebesar 2,14 sampai 2,32 sedangkan B/C rasio 1,14 sampai 1,32 artinya layak dalam penerapan sistem usaha tani jenuh air. Varietas kedelai Anjarmoro kurang layak dalam penerapam sistem usaha tani jenuh air, lebih baik diterapkan kedelai tahan kekeringan. Hasil pendampingan dalam mempercepat kadar adopsi peningkatan tidak tahu (1) menjadi tahu (3) terhadap perubahan sikap 56,16 , pengetahuan 58,6 dan keterampilan 58,3% dibandingkan sebelum dilakukan pengkajian atau mendekati 60 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis biofisik kesuburan tanah menentukan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi kedelai Teknologi kedelai sistem BJA (Budidaya Jenuh Air) secara agronomi dapat meningkatan Introduksi teknologi tanaman lorong (alley) dan BJA adopsi meningkat 50,8 – 56,6 % tingkat Pengetahuan, Sikap 58,6 -60 %, dan 56 -58,3 % ketrampilan dibandingkan sebelum pengkajian. Introduksi Teknolagi BJA dengan kedelai varietas Tanggamus dan Ijen layak secara ekonomi. |
LAST_UPDATED2 |