Pengembangan Teknologi Ameliorasi Pada Sistem Tumpangsari Tebu dan Palawija di Lahan Pasir DIY |
![]() |
![]() |
![]() |
Oleh Administrator |
Senin, 25 November 2013 10:03 |
Lahan pertanian di D.I.Yogyakarta, senantiasa berkurang karena beralih fungsi menjadi lokasi hunian dan kegiatan lainnya. Saat ini pengurangan lahan pertanian diperkirakan mencapai 150-200 ha/tahun, suatu jumlah yang perlu mendapatkan perhatian serius agar produksi pangan tidak terganggu. Salah satu alternatif untuk menjawab adanya penyusutan lahan produktif adalah pemanfaatan lahan pasir pantai pantai Selatan DIY. Lahan pantai Selatan di DIY tersebar dari Kabupaten Kulon Progo sampai dengan Kabupaten Gunung Kidul. Lahan pasir telah banyak diusahakan untuk pertanian, disepanjang pantai Selatan telah banyak diusahakan untuk usahatani, terutama tanaman yang bernilai ekonomi tinggi yaitu bawang merah dan cabe. Tanaman tebu telah banyak diusahakan di lahan pantai Selatan daerah Jawa Tengah. Produktifitas tebu yang ditanam di sawah sekitar 95 t/ha dengan rendemen gula sekitar 7,3 – 7,5% dibawah potensi produktivitas maupun rendemen yang ada. Untuk tanaman tebu di lahan kering/pantai lahan perlu diperbaiki terlebih dahulu dengan melakukan pemberian ameliorasi, yaitu dengan menambahkan bahan amelorant agar lahan lebih optimal produktivitasnya. Konservasi air di lahan pasir terutama penyiraman harus memperhatikan kondisi lahannya dengan memperbaiki struktur tanahnya yang merupakan butiran lepas dikondisikan menjadi membentuk agregat tanah sehingga dapat menahan air sementara sehingga tidak terjadi pemborosan dalam penyiraman tanaman. Salah satu teknologi ameliorasi di lahan pasir dengan menggunakan amelioran emulsi bitumen, skim latex dan zeolith. Lahan pasir bersifat porous kurang dalam menahan air sehingga perlu masukan seperti perekat untuk dapat merekatkan butir-butir pasir menjadi agregat tanah. Hal ini akan meningkatkan penyerapan air dengan tujuan lebih lama tertahan didalam tanah. Pengembangan Teknologi Ameliorasi Pada Sistem Tumpangsari Tebu dengan bawang merah dilakukan di lahan pasir D.I. Yogyakarta. Tujuan pengkajian adalah mengkaji teknologi konservasi ameriolasi lahan pasir pada tumpangsari tebu dan bawang merah di lahan pasir pantai selatan. Metodologi pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) pada bulan Januari-Desember 2012. Lokasi Pengkajian dilaksanakan di Desa Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul dan Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon progo. Perlakuan yang diujikan di lokasi Kuwaru Bantul adalah Amelioran Bitumen dengan dosis 1 liter/5 m2 dan skim latex dosis 1 liter/2 m2, selanjutnya ditanami tebu saja dan tebu tumpangsari dengan bawang merah, dan di lokasi Karangwuni dengan amelioran soil conditioner zeolith dengan dosis 750 kg/ha. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali selanjutnya ditanami tebu dan tebu tumpang sari dengan bawang merah. Hasil pengkajian menujukan bahwa emulsi bitumen dan zeolith merupakan bahan soil conditioner yang dapat digunakan sebagai bahan ameliorasi di lahan pasir dapat meningkatkan produksi bawang merah 2 kali lipat, mencapai 12,5 t/ha kering panen, pemberian pupuk kandang saja produksi bawang merah hanya mencapai 6 t/ha. Emulsi bitumen dapat meningkatkan sifat-sifat tanah pasir seperti pori air tersedia. Produksi tebu per Desember, taksasi produksi untuk Karangwuni Kulon Progo rata-rata 350 ku/ha dan di Kuwaru Bantul 300 ku/ha. Taksasi produksi per Desember menunjukkan hasil produksi tebu tertinggi dengan perlakuan emulsi bitument mencapai hasil 320 ku/ha dan rendemen tebu rata rata diatas 10,6. |
LAST_UPDATED2 |